Candy Cupcake
This is Nurul's blog, proudly member of MITREKA SATATA, and thanks for visit.
The Leader That We Need
Kamis, 28 Maret 2013 | 06.50 | 0 candies


Sudah sejak dulu kala Indonesia dikenal dengan kekayaan alamnya. Zambrut Khatulistiwa, itulah sebutan Indonesia selama ini. Layaknya permata hijau yang berceceran menarik hati bangsa lain. Akan tetapi, masih banyak rakyat Indonesia yang hanya untuk mendapatkan sepuluk nasi saja harus mempertaruhkan nyawanya. Begitu berbalik dengan sebutan Zambrut Khatulistiwa selama ini.

Protes yang dilakukan rakyat kepada pemimpin sudah menjadi hal yang sangat wajar. Gembar-gembor melengserkan pimpinan sering kita dengar.Lalu pemimpin yang bagaimanakah yang diidamkan oleh rakyat?

Pemimpin yang dibutuhkan rakyat yang pertama adalah, pemimpin yang mendidik. Seorang pendidik adalah orang yang memberikan contoh baik kepada bawahannya. Memberikan teladan yang membuat bawahanya menjadi insan yang tangguh. Apakah pemimpin yang ada selama ini sudah mempunyai jiwa pendidik? kita bisa lihat, banyak para pelaku korupsi yang telah tertangkap mengancam untuk membeberkan kasus lebih besar yang dilakukan oleh para pimpinanya. Pemimpin yang ada saat ini memang mempunyai jiwa mendidik, namun apa yang mereka didik bukanlah hal yang baik.

Yang kedua, bertanggung jawab. Tentu saja kata ini sudah menjadi hal dasar dalam setiap perbuatan. Akan tetapi tanggung jawab seorang pemimpin lebih besar dari bahawahnya. Tanggungjawab pemimpin juga mencakup tanggungjawab bawahannya, mengapa? karena pemimpin merupakan pendidik dari bawahanya. Apa yang dilakukan bawahanya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan pemimpinya.

Berikutnya adalah peka dan cekatan. Peka, berarti dia memahami keadaan dan tahu apa yang harus dia lakukan. Peka juga berarti memahami dengan hati nuraninya dan melakukan berbuatan terbaik untuk keadaan tersebut. Sedangkan cekatan adalah cepat dalam mengambil keputusan. Tidak mudah diombang-ambingkan oleh kabar orang lain. Selain cepat dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil juga harus tepat dan akurat, untung harus lebih besar dari rugi.

Inti dari hal yang kita bahas adalah seorang pemimpin memberikan semua jiwa dan raganya untuk organisasinya. Melakukan hal yang terbaik guna ditiru oleh bawahanya. Menjdai pemimpin merupakan tugas yang besar, dibalik tugas besar tersebut pasti akan ada berkah yang besar pula.

"Engkau disebut pemimpin karena engkau menukarkan hak mu untuk merasa nyaman bagi kenyamanan orang banyak, engkau menomor-akhirkan tidurmu bagi kedamaian tidur mereka, dan engkau menunda istirahatmu agar yang paling kecil dari saudaramu itu" -Mario Teguh-
The Funny of Youth and Leaders
Senin, 25 Maret 2013 | 06.34 | 0 candies
Sudah hampir 68 tahun Indonesia merdeka dan 68 tahun juga cita-cita bangsa dikumandangkan disetiap upacara kebangsaan, seperti yang biasa kita dengar "Negara yang pemerintahannya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial"

Saat kita berbicara tentang "Cita-cita" pasti yang ada di otak kita adalah, apa yang akan kita capai dimasa yang akan datang. Layaknya anak yang diberi pertanyaan tersebut, "Apa cita-citamu?" jawabanya? dokter, tentara, guru, pilot, pramugari dan apapun yang pasti pekerjaan yang mulia. Lalu negara kita? sudah jelas Indonesia memiliki cita-cita yang begitu mulia, perlindungan, kesejahteraan umun, cerdas, adil, dan damai.

Mungkin negara kita masih muda, usianya masih 68 tahun, atau mungkin negara kita sudah terlalu tua untuk menggapai cita-citanya? yang kita tahu Indonesia masih terus berusaha menggapai cita-citanya. Dan pertanyaanya, siapa yang masih berusaha untuk menggapainya? Pemuda? Pemerintah?

Pemuda

Untuk saat ini saja, para pemuda lebih hafal lagu tentang cinta dibanding pembukaan UUD 45. Meramaikan dunia maya. Mereka selalu berkomentar tentang sistem pemerintahan yang semakin kacau. Adanya tawuran antar pelajar merupakan hal yang lumrah untuk didengar. Narkoba yang sudah merambah terlalu dini yaitu ke anak SD. Lalu kenapa perubahan ini terjadi?
Pemerintah

Pemerintah merupakan tempat perlindungan bagi masyaraktnya. Apa yang mereka lakukan pasti akan ditiru oleh para pemuda. Sayangnya apa yang mereka lakukan sungguh memalukan, korupsi, perebutan kekuasaan, dan skandal yang masih banyak.Bahkan diruang paripurna pun mereka ricuh bagaikan anak TK. Lalu siapa yang harus ditiru?

Rakyat Indonesia cenderung mengeluarkan kata-kata dibanding bukti, lebih banyak komentar yang dikeluarkan daripada aksi. 

Pemuda yang selalu berkomentar banyak tentang pemerintahan, yang nyatanya memimpin diri sendiri saja mereka belum bisa. Sudah telalu banyak masalah yang disebabkan oleh para pemuda yang merugikan bangsa ini. Bahkan untuk melestarikan kebudayaan bangsa saja mereka masih enggan.

Pemerintah yang menginginkan para pemudanya cerdas dan jujur, mereka membuat UN dengan 20 kode soal. Namun pemerintah sendiri masih belum bisa tegas dan jujur dalam pekerjaannya. Sistem pembelajaran bagi pemuda yang hampir mirip keja rodi.

Inti dari hal yang saya jabarkan adalah, buktikan bahwa anda sendiri bisa merubah diri anda untuk kemajuan, dan kurangi berkomentar tentang orang lain. Seperti kalimat bijak yang selalu saya ingat dari presiden ke 35 Amerika "Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negara" -John F Kennedy-
NILAI DAN FILOSOFI DALAM TARI GANDRUNG
Kamis, 26 April 2012 | 18.56 | 0 candies

Kali ini saya akan membahas tentang nilai dan filosofi dalam tari gandrung . semoga ini bermanfaat bagi teman teman sekalian :)
1. Manusia dan Keindahan
Keindahan yang dimaksud adalah keindahan dari gerakan tari Gandrung itu sendiri. Selain itu ada juga keindahan pada nyanyian dan alat music pengiring tari Gandrung yang kesemuanya itu menimbulkan suara yang khas.Begitu juga dalam hidup ini ketika kita bisa berjalan seirama dalam memanfaatkan potensi diri maka akan menimbulkan kekuatan yang luarbiasa.
2. Manusia Dan Tanggung Jawab
Unsur tanggung jawab yang ada  pada tari Gandrung ini adalah kita sebagai generasi muda harus melestarikan Tari Gandrung tersebut agar supaya warisan budaya ini tidak hanya tinggal nama saja,karena banyak anak muda zaman sekarang yang tidak mau mempelajari tari tersebut sehingga tidak terjadi regenerasi dan ditakutkan lambat laun menyebabkan tari Gandrung akan hilang ditelan jaman.
3. Pandangan hidup
Dalam tari gandrung tersebut pandangan hidup yang di ambil dari hidup ini begitu banyak persoalan yang dihadapi oleh sang penari Gandrung,mulai dari pria yang tidak bermoral yang  melakukan pelecehan seksual terhadap sang penari ketika dipanggung sampai,kehidupan rumah tangganya yang jarang ter-ekspose.Selama ini kita hanya tahu senyumannya ketika dipanggung tanpa mengetahui latar belakang sang penari.Oleh karena itu betapa kompleksnya hidup ini serumit kehidupan penari gandrung.
4. Manusia dan Harapan
Harapan  yang di harapkan dalam tari ini adalah keinginan sang penari untuk bisa mempunyai kehidupan rumah tangga yang harmonis dan ia ingin sekali untuk mempunyai anak walaupun belum tercapai.
Cerita ini diilhami dari beberapa versi munculnya tari gandrung sebagai berikut:
Tahun 1977 Mesti (Orang yang mengawali menari gandrung selain SEMI) Menikah saat dya berusia 18 tahun dan Suaminya berusia 20 tahun yang bernama Cipto, pada saat itu mereka sama – sama masih muda dan Ibunya Cipto tidak setuju dengan Profesi Mesti seorang penari gandrung akhirnya merekapun bercerai, selang beberapa tahun Mesti pun menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Ridwan.
Tetapi dalam pernikahannya mesti tidak bahagia karena Ridwan selalu bermain Perempuan mesti pun tidak tahan dengan perlakuan Ridwan, mesti pun sakit hati dan lagi-lagi dia.bercerai.
Mesti menikah beberapa kali tetapi dya tidak mempunyai anak, dia selalu berharap kelak mendapatkan jodoh yang baik dan bertanggung jawab Mesti juga berharap mempunyai anak yang berbakti,soleh dan berpendidikan tinggi dya tidak ingin anaknya menjadi penari Gandrung seperti dia.
Pagelan Gandrung Banyuwangi
| 18.53 | 0 candies


Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan). Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
Pertunjukan Gandrung, tidak bisa dilepaskan dari posisi Tukang Kluncing, biasa disebut juga “Pengundang”. Pemukul alat musik “triangle” ini, selalu ceria dan jenaka selama pertunjukan. Namun juga berwibawa dihadapan penonotn, apalagi seluruh awak keseniannya. Selain hafal semua gending-gending yang dibawakan oleh penari gandrung, Tukang kluncing juga hafal ketukan-ketukan nada dan irama musik gandrung. Ia juga sebagai komando, setiap langkah penari gandrung dan kencederungan irama musik pengiring. Inilah gambaran “Tukang Kluncing” ideal masa lalu, mungkin sekarang sudah jarang dijumpai dalam setiap pertunjukan Gandrung. “Ayo ..Tik, garapen edeng-edengan. Sampur dipegang, lempar ke muka… mulai berangkat……!!!!”
Penampilan Tukang Klucing sangat menonjol, setelah penari Gandrung itu sendiri. Dialah yang mengucapkan salam pembuka kepada penonton, undangan dan tuan rumah, saat Kesenian Gandrung yang mereka bawa akan melakukan pertunjukan. Segala sesuatunya dan aturan main dalam pertunjukan, juga akan diungkapkan Tukang Kluncing. Termasuk bagaimana tata cara seorang Paju (penari undangan) atau Ngerpen (membeli gending). Dalam sambutan itulan, tercermin otoritas seorang Tukang Kluncing terhadap kesenian dan panjak yang mereka pimpin. Tidak ada seorang pun dalam pertunjukan itu, akan melawan keputusan Tukang Kluncing. Termasuk para pemanju, atau undangan VIP yang biasa ngrempen.
Seorang Tukang Kluncing adalah pemandu musik, untuk mengiringi gending-gending yang dinyanyikan gandrung. Alat musik yang mana harus diperkera, serta bagaiman ketukannya. Selain itu, Tukang Kluncing adalah pemandu gerak penari Gandrung melalui bahasan verbal. Ia akan mengawarang penari gandrung dalam mengawali gerakannya, termasuk menggoyangkan pinggulnya. Tentu, harus memenuhi etika yang berlaku. Tidak vulgar dan seronok, serta masih berada dalam frame estetikan gerak.
Saat Tukang Kluncing memainkan perannya yang sangat komplek itu, alat musik Kluncing atau Triangle” tidak pernah lepas dan berhenti, untuk mengiring bunyi kendang dan kempul yang selalu kompak dalam setiap ketukannya. Kluncing sendiri, kono merupakan alat musik tertua di dunia. Bahkan dalam kelompok orkestra juga menggunakan tiangle ini. Namun yang beda mungkin cara memainkannya, sehingga bunyi yang dihasilkannya pun sedikit berbeda. Alat musik yang terbuat dari besi batangan kecil, dibentuk segitiga dan pemukulnya juga menggunakan besik yang sama. Cara memukulnya, dipukul sisi-sisinya dengan digenggam kadang juga dilepas.
Namun dalam perkembangannya, ternyata posisi Tukang Kluncing mulai bergeser. Ini juga akibat dominasi “uang” dan “penguasa” dalam pertunjukannya Gandrung itu sendiri. Jika pada penjajahan Belanda atau sebelumnya, kehadiran orang asing itu melahirkan kolaborasi dengan masih memperhatikan estikan dan moralitas, atau kearifan lokal. Namun dalam era orde baru, era kemerdakan RI dan sesudahnya, justru memprihatinkan. Konon saat orang Eropa pertama melihat pertunjukan Gadrung masing menggunakan seruling, kemudian memadukan nada-nadanya dengan biola yang mereka bawa. Setelah terjadi keselaran nada, maka masuklan alat musik itu hingga sekarang. Penguasa dan Penjajah Belanda yang pertama melihat pertunjukan Gandrung, juga menyodorkan kaos kaki warna putih kepada penari Gandrung. Setelah melihat kaki penari Gandrung saat itu, telihat kotor atau kurang menarik. Maklum kebanyakan penari Gandrung sekaligus anak petani yang sering turun sawah, selain itu pertunjukan Gandrung tidak di panggung., melainkan di atas tanah, kemudian dalam perkembangannya diberi alas tikar.
Dalam perkembangan itu, posisi Tukang Kluncing masih seperti gambaran ideal. Namun setelah masuknya suku-suku lain menjadi pejabat di Banyuwangi, mereka inilah yang kemudian sedikit demi sedikit mulai menggeser atau melemahkan posisi Tukang Kluncing. Mereka dengan seenaknya memperlakukan Penari Gandrung, baik saat “Ngrempen” maupun “Paju”, tanpa mengiraukan peran Tukang Kluncing. Para “Penguasa Lokal” ini, berpandangan apriori terhadap Gandrung. Mereka menyamakan Gandrung seperti kesenian Lengger di kawasan Tapak Kuda Jatim, atau seperti Tayub yang berkembang di Jawa Timur Mataraman. Konon, mereka inilah yang membawa minuman keras dalam setiap pertunjukan Gandrung.
Sebetulnya, toleransi kesenian Gandrung terhadap orang-orang dari luar ini sudah diimbangi, dengan menuruti kemaun mereka menyanyikan gending-gending Jawa. Misalnya Gending Kutut Manggung yang sangat populer di Jawa, tetapi bisa diadopsi penari Gandrung dan groupnya. Namun permintaan itu, ternyata “Ngelamak” kepada hal-hal yang esensi dari Kesenian Gandrung itu sendiri. Penari Gandrung legendaris asal Kemiren, Mbok Temu, pernah cerita kepada penulis. Saat masih aktif, sering menolak permintaan yang dianggap sudah kelewat batas. Meski saat itu yang mementa seorang Komandan Rayon Militer (Danramil), maka akan ditolaknya. Padahal resikonya sangat berat, mengingat saat itu rezim militer sangat berkuasa di negeri ini.
Seorang Budayawan Hasan Ali, pernah juga bercerita kepada penulis tentang seorang Tukang Kluncing “ngambul” dan meninggalkan pementasan yang sedang berlangsung. Cerita ini tentu perlu disebarkan dan diteladani mereka yang berporfesi sebagai Tukang Kluncing. Menurur Pak Hasan (Yang lupa nama Tukang Kluncing asal Mangir itu), sang Tukang Klucing sudah mengingatkan kepada “Tamu VIP” yang ngerpen, karena memangku penari Gandrung. Sang pejabat lokal dalam keadaan mabuk, tidak menggubris permintaan Tukang Kluncing. Sang Gandrung dalam posisi ketakutan, juga tidak bisa berbuat banyak. Apalagi penonton dan tuan rumah, juga dalam posisi yang sama (Baca: takut).
Merasa eksistensinya sebagai pemegan “Otoritas Tunggal” pementasan Kesenian Gandrung sudah tidak berarti lagi, sang Tukang Kluncing yang dikenal jenaka, serta latah ini, sontak meninggalkan pementasan. Tidak ada yang bisa dijelaskan lagi, karena mereka yang diberi penjelasan tidak mau tahu dan tidak ingin tahu. Setelah itulah, konon kesenian Gandrung ini pentas dalam kondisi “ketakutan” dan memilih aman dan selamat. Mengingat jika melawan secara langsung, bisa dibayangkan keselamatan jiwa dan keluarganya. Ancaman dan teror khas Orde Baru, bisa dipastikan akan diterima. Setelah “Ngambul” itu. konon Tukang Kluncing asal Mangir, Rogojampi ini tidak mau lagi pentas Gandrung, jika kondisinya masih sama.
Ulah “Danramil” dan pejabat lokal yang bukan pemilik syah dari Tradisi Using ini, tentu tidak sampai terdengar pejabat di atasnya. Kalau sampai terdengar pun, bisa dipastikan tidak akan reaksi apa-apa. Mengingat setali tiga uang, mereka berasal dari daerah yang sama. Tidak mengerti dan tidak mau belajar, tentang budaya dan tradisi di daerah yang mereka pimpin. Padangan “menyamakan” atau “gebyah-uyah” dengan kesenian serupa yang tumbuh dan berkembang di luar Banyuwangi, adalah pangkal dari penyimpangan dan penyelewengan itu.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kesenian Gandrung mulai dijauhi oleh Ormas-ormas Islam di Banyuwangi. Bahkan sering, mereka menganjurkan agar ummat Islam tidak melihat pertunjukan gandrung, ada juga yang mengharamkan. Padahal dalam setiap pementasan Gandrung, selalu dibacakan doa-doa tentang keselamatan yang menggunakan bahasa Arab. Dalam sesi poementasannya, ada juga yang dinamakan Seblang Subuh, berisi tentang petuah dan ajara-ajaran tentang moral dan kebaikan. Pementasan Gandrung selalu dimulai setelah Sholat Isya, serta diakhiri menjelang waktu sholat subuh……
PENGERTIAN TARI GANDRUNG
| 18.49 | 0 candies

A.             Pengertian Tari Gandrung

Kata "Gandrung" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Gandrung merupakan kesenian asal Banyuwangi. Kesenian gandrung merupakan induk dari kesenian Banyuwangi. Gending-gending dari gandrung terdiri dari angklung selisih satu perangkat, janik dua perangkat,dan gamelan. Dahulu gandrung di tarikan oleh laki-laki dengan memakai pakaian wanita pada saat menari yang di sebut gadrung lanang.
Dalam menari gandrung harus ada sesajen yang orang Banyuwangi sering menyebutnya “peras”. Peras di letakkan di ruang rias dan ruang pemain agar para pemain gadrung tidak mengalami sakit. Gandrung di tampilkan pada saat acara pernikahan. Di Banyuwangi banyak sekali orang yang ingin menampilkan tari gandrung pada saat menyelenggarakan acara jika kelompok penari gandrung mengalami kesamaan jadwal dengan penyelenggaraan acara penampilan maka yang menyelenggarakan acara pasti membatalkan acaranya dan mengikuti jadwal penari gandrung.
Gandrung mempunyai fungsi sebagai tarian pergaulan seperti tari-tari. Gandrung Banyuwangi mempunyai tahapan :
-      Jejer gandrung yaitu menari sendiri tanpa ada pasangan atau teman pada saat     menari.
-      Pacu gandrung yaitu melayani tamu yang datang di acara tersebut.
-      Semblangan suguh yaitu menyanyi lagu pada saat menari gandrung.Lagu-lagu   tersebut memberi nasehat kepada penonton yang datang pada acara tersebut.
Jalur gandrung ada 2 :
-    Secara akademis lebih berbobot dan terarah
-    Secara tradisional lebih dekat dengan masyarakat
Tari gandrung memiliki keindahan dari cara tariannya dan tari itu di bawakan. Sekarang ini jarang sekali orang yang dapat menari tradisional padahal banyak sekali tari tradisional di Indonesia salah satunya yaitu tari gadrung yang merupakan tarian asal Banyuwangi.
Dalam penampilannya tari gandrung harus memakai sesajen atau peras yang di sajikan di ruang rias dan ruang pemain yang merupakan pandangan hidup agar para pemain tidak mengalami sakit karena jika mereka mengalami sakit maka mereka tidak dapat menari.
Penari gandrung harus menjaga dirinya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di iginkan bagi dirinya, iapun harus rendah hati kepada penonton karena itu merupakan tanggung jawab yang besar bagi para penari gandrung untuk dapat menghibur penonton yang hadir.


Kamis, 08 Oktober 2009 | 04.05 | 0 candies
Selamat bersenyum-senyum yach.....

Joke I
Akibat Kejujuran Suatu hari ada seorang tukang kayu sedang menebang
kayu
di hutan, dan secara tidak sengaja kapaknya jatuh ke jurang. Si
ttukang kayu tadi sedih. Soalnya itu kapak satu-satunya walaupun
sudah tua umurnya. Ketika sedang sedih-sedihnya, datang seorang
malaikat.

Malaikat : He .... tukang kayu,
kamu kenapa koq bersedih sekali ?
Tukang kayu : Iya nih malaikat, saya punya kapak satu-satunya jatuh
ke jurang, gimana saya dapat nebang pohon lagi ?
Malaikat : Oh ... gitu. Ok, kamu jangan sedih saya akan bantu
ambilkan.
Kemudaian malaikat tersebut turun ke bawah jurang, dan
dia
ingin
menguji kejujuran si tukang kayu tersebut dengan
memberikan
kapak
yang lain, yang pertama diberikan kapak dari emas.
malaikat : Pak, ini bukan kapaknya ?
Tukang kayu : bukan...bukan, kapak saya jelek koq.
Kemudian malaikat tersebut kasih kapak yang kedua yang
terbuat
dari perak.
Kata si Tukang Kayu : bukan juga, yang punya saya sudah jelek
kapaknya.
Malaikat tersebut senang karena tukang kayu ini jujur, dan dia ngomong
:
Hei tukang kayu, karena kamu jujur orangnya, saya akan kasih kamu 3
kapak
lagi yang baru.

Pas pulang ke rumah, si tukang kayu cerita sama istrinya. Besoknya
si tukang kayu dan istrinya ke hutan untuk melihat
tempat dia
ketemu dengan malaikat tersebut. Saking hebohnya, si istrinya jatuh
juga
ke jurang, terus si tukang kayu sedih lagi.
Datang lagi malaikatnya.
Malaikat : Lho... kamu kenapa, koq sedih lagi ?
Tukang kayu : Iya nih, istri saya jatuh ke jurang, saya sedih sekali
karena dia istri satu-satunya. Terus malaikat tersebut
bantu
untuk
turun ke jurang lagi mencari istrinya.
Malaikat ingin ngetes lagi sama tukang kayu, dengan memberikan Sophia
Latjuba ke tukang kayunya.
Malaikat : he tukang kayu, ini bukan istri kamu ?
Tukang kayu : (agak gugup)... hmm, iya ! yah! dia istri saya.
Karena tukang kayu berbohong si malaikat sedih.
Malaikat : (sedih)... koq kamu tidak jujur dan berbohong pada saya
?
Tukang kayu : (membela diri) iya .. soalnya kalau saya jujur, nanti
saya dikasih 3 istri lagi .......
Malaikat : Oh .....??!


Joke II
Pada suatu hari ada seorang pedagang kaya yang ingin mengadakan
hajatan
untuk putranya. Untuk keperluan itu ia datang ke seorang bandar
ayam dan memesan 100 ekor ayam.
Pedagang kaya : "Saya ingin memesan 100 ekor ayam
untuk besok, ini alamat saya (seraya memberikan kartu namanya)."

Bandar ayam : "Baik tuan, akan saya suruh anak buah
saya untuk mengantarkan ke rumah tuan."
Sepulangnya si pedagang kaya, bandar ayam tersebut
langsung memanggil seorang anak buahnya yang bernama Joni dan
memberikan
instruksi...
Bandar ayam : "Joni, tolong antarkan 100 ekor ayam
besok ke alamat ini (sambil memberikan kartu nama si pedagang kaya)."
Joni : "Nganterin ayam-ayam ? Beres Tuan !"
besoknya dengan mengendarai sepeda motor si Joni
pergi mengantarkan 100 ekor ayam tersebut. 50 ekor diletakkan di
sebelah kanan dan sisanya 50 ekor lagi diletakkan di sebelah kiri.

Akan tetapi malangnya, di tengah perjalanan dia
terjatuh dari sepeda motornya..., ayam-ayam yang dia bawa langsung
lepas dan pada lari berhamburan. Orang-orang ramai berdatangan untuk
mengetahui keadaan si Joni. Tetapi si Joni malah tertawa
terbahak-bahak.
Seseorang di antara orang-orang yang datang bertanya,
mungkin ia merasa khawatir karena melihat si Joni yang tertawa-tawa...

Orang yg datang : "Mas, mas nggak apa-apa kan...Kepalanya
nggak sakit kan ?"
Joni : "Ha... ha... ha... !"
Orang yang datang : "Mas, kenapa mas ?"
Joni : "Ha... ha... ha..., dasar ayam-ayam goblok,
mau kemana elu pada ?!" (sambil menunjuk ke arah ayam-ayam yang
berlari)
"Alamatnya kan ada di gue...
Hua.. ha.. ha.. ha....."

Joke III

Sepasang kakek-nenek datang kerestoran Mc Donald dengan saling
menuntun.

Mereka duduk disebuah bangku panjang berdua , disamping seorang anak
muda.Si
kakek segera berdiri dan memesan makanan, sebuah hamburger, seporsi
kentang
goreng dan segelas minuman.Setelah itu kembali duduk, membagi
hamburger jadi
2 bagian, menghitung kentang goreng dengan cermat

dan membagi adil dengan si nenek, kemudian mengambil dua sedotan,
menaruh
gelas minuman tepat ditengah meja. Si anak muda memeperhatikan tingkah
sepasang kakek-nenek itu dengan salut.

Si kakek kemudian mulai makan bagiannya, sementara si nenek hanya
memperhatikan.

Si anak muda merasa kasian, akhirnya mendekat dan berkata: Kek boleh
saya
belikan lagi makanannya?, si kakek jawab : tidak usyah terima
kasih..kami
selalu berbagi makanan yang sama"

Sampai si kakek selesi makan, mengelap mulut dengan tissue, si nenek
masih
saja menunggu tanpa menyentuh makanan bagiannya. Si anak muda mendekat
lagi,
kali ini berkata : Nek, boleh saya belikan makanan yang lain, mungkin
nenek
tidak suka yang ini ?, Sinenek jawab; " tidak terima kasih.."

Terus si Anak muda bertanya lagi, kalau begitu kenapa makanannya tidak
dimakan, katanya kalian suka berbagi?

Kata sinenek " Saya sedang menunggu gigi..........gantian sama Sikakek
!!"

Joke IV
Pada suatu hari, ada 3 ekor kura-kura piknik bersama. Kura-kura
pertama
membawa makanan, kura-kura kedua membawa minuman, sedangkan kura-kura
ketiga
tidak membawa apa-apa. Didalam perjalanan tiba-tiba turun hujan deras,
sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Kemudian timbul
percakapan.

Kura-kura I : "Waduhh..... salah seorang dari kita harus kembali untuk
ambil
payung. Siapa nih yang

pergi?"

Kura-kura II dan I saling pandang, dan sepakat menuding kura-kura III.

Kura-kura III : "Nggak mau. Saya jalannya lamban dan kembalinya pasti
terlambat. Nanti makanannnya

keburu kalian habisin."

Kura-kura I & II : "Nggak. Kamu pasti kita tungguin."

Kura-kura III : "Pasti ??? Kalau saya perginya 1 jam?"

Kura-kura I & II : "Pasti ditungguin."

Kura-kura III : "Kalau 3 jam ??"

Kura-kura I & II : "Pasti ditungguin"

Kura-kura III : "Kalau 1 hari ?? "

Kura-kura I & II : "Ditungguin."

Kura-kura III : "3 hari ??? "

Kura-kura I & II : "Ditungguin."

Kura-Kura III : "4 hari ??? "

Kura-kura I & II : "Pasti di tunggu."

Kura-kura III : "1 minggu? "

Kura I & II : "Pasti ditunggu."

Kura-Kura III : "2 minggu?"

Kura-kura I & II : "Pasti ditunggu !!!!!!! Pokoknya kamu berangkat
saja."

Dengan berat hati, akhirnya kura-kura III berangkat.

Kura-kura I & II menunggu dengan setia. Sehari, dua hari dan seminggu
telah
berlalu.

Kura-kura III belum juga kembali.

Setelah dua minggu berlalu, kura-kura I & II sudah tidak kuat menahan
lapar.

Kura-kura I : "Saya sudah tidak tahan lapar. Kita makan, yukkk..."

kura-Kura II : "Saya juga sudah hampir pingsan. Kita makan dulu
yukk.."

Tiba-tiba kura-kura III muncul dari semak-semak dan berseru " Hei
!!!!!!!!!!!!!!! Untung saya belum

berangkat karena saya tahu kalian akan menghabisi makanannya."